MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN
KEBIDANAN
MAKALAH
Diajukan
sebagai syarat untuk tugas semester 2
Tahun
akademik 2012/2013
Mata
kuliah Komunikasi Kebidanan
Dosen
pengampu : Bu Ema Wahyu Ningrum, S.ST
oleh
:
1.
CACHAYA MUSTIKA NINGRUM (NIM 121540122640019)
2.
ERIVA RAHMAWANTI (NIM 121540122850040)
3.
HANA YULIANA SAIDAH (NIM 121540123010056)
4.
RINI ANITA (NIM 121540123540109)
5.
SHALY SAVIRA (NIM 121540123660121)
6.
YOHAMA IKA (NIM 121540124000155)
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho-NYA, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
semester 2 yang berjudul “ MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN”. Penulis
berharap makalah ini dapat berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal,
mempelajari, dan memahami materi sesuai judul makalah.
Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Terutama kepada Bu Ema Wahyu Ningrum, S.ST selaku dosen pengampu
mata kuliah Komunikasi Kebidanan.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan agar makalah ini dapat lebih baik.
Purwokerto, Maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.
Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II ISI.............................................................................................................................. 2
A. Komunikasi Pada Remaja.............................................................................................. 2
B. Komunikasi Pada Klien KB............................................................................................. 3
C. Komunikasi Pada Ibu Hamil............................................................................................ 5
D. Komunikasi Pada Ibu Bersalin........................................................................................ 6
E. Komunikasi Pada
Ibu Nifas............................................................................................. 8
F.
Komunikasi
Pada Ibu Menopause.................................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 12
Keimpulan........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai
individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat yang
dalam kehidupan sehari – hari tidak lepas dari kegiatan interaksi, membangun
relasi, dan transaksi sosial dengan orang lain. Manusia tidak dapat menghindari
komunikasi antar personal, komunikasi
dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, komunikasi
massa.
Oleh
karena itu, komunikasi sangat diperlukan dalam asuhan kebidanan guna memberikan
pelayanan kebidanan yang bermutu.
Sehingga dapat menimbulkan interaksi antarpribadi yaitu antara bidan
dengan klien juga keluarga klien untuk penyampaian informasi yang diperlukan
dengan jelas. Dan pada akhirnya, kegiatan komunikasi selalu mendasari suatu
kegiatan termasuk pelayanan kebidanan. Selain dengan komunikasi, bidan dituntut
untuk mengetahui pengaruh berbagai fase kehidupan ini pada cara seseorang
memandang masalah dan kesulitannya. Sehingga bidan harus memahami macam – macam
klien dalam asuhannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada remaja ?
2.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada klien KB ?
3.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu hamil ?
4.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu bersalin ?
5.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu nifas ?
6.
Bagaimana
komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu menopause ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada remaja.
2.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada klien KB.
3.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu hamil.
4.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu bersalin.
5.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu nifas.
6.
Untuk
mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu menopause.
BAB II
ISI
MACAM-MACAM
KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
A. Komunikasi
Pada Remaja
1. Kondisi
psikologis
Remaja
merupakan masa mencari jati diri dan pengakuan sehingga keadaannya masih labil.
Pada fase ini remaja bereksperimen untuk mencoba – coba hal baru termasuk
mengambil resiko.
2. Masalah
yang perlu diperhatikan pada komunikasi terapeutik :
a.
Perubahan
fisik atau biologis sesuai usia.
b.
Perubahan
emosi dan perilaku remaja.
c.
Kehamilan
pada remaja.
d.
Penyalahgunaan
obat dan bahan berbahaya, misalnya narkotika.
e.
Kenakalan
remaja.
f.
Hambatan
dalam belajar.
3. Komunikasi
dengan remaja perlu memperhatikan :
a.
Kenyamanan
remja dalam menerima informasi.
b.
Memperhatikan
cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c.
Memfokuskan
pada persoalan yang akan disampaikan.
d.
Menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e.
Menjalin
sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
f.
Bisa
menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan.
g.
Menjalin
keakraban dengan remaja.
4. Bidan
sebagai konselor juga melaksanakan
konseling pada orang tua remaja yang bermasalah, dengan tujuan :
a.
Mencegah
upaya abortus provokatus.
b.
Mendorong
ibu ( remaja hamil ) untuk mencari pelayanan kesehatan.
c.
Mempersiapkan
kelahiran bayi secara normal.
d.
Mempersiapkan
ibu dan keluarga agar menerima kelahiran bayi.
e.
Pada
orang tua remaja, mendorong untuk diremikannya pernikahan putra-putrinya.
B. Komunikasi
Pada Klien KB
1. Perubahan
fisiologis
Kadang-kadang
muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti
pusing, BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak atau tidak
teratur atau tidak menstruasi, keputihan, libido menurun.
2. Perubahan
psikologis
Ibu merasa cemas takut akan
masalah-masalah atau keluhan-keluhan yang terjadi ibu takut terjadi kegagalan
dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.
3. Hal-hal
yang dibutuhkan untuk melakukan konseling KB yang baik terutama bagi calon
klien KB baru
a.
Perlakuan
yang baik.
b.
Interaksi
antara petugas dan klien.
c.
Memberikan
informasi yang baik terhadap klien.
d.
Hindari
pemberian informasi yang berlebihan.
e.
Tersedianya
metode yang diinginkan klien.
f.
Membantu
klien untuk mengerti dan mengingat.
4. Langkah
– langkah konseling KB (SATU TUJU)
SA : Berikan SAlam
kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan
kepada klien informasi tentang dirinya.
U : Uraikan
kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU : BanTUlah
klien menentukan pilihannya.
J : Jelaskan
secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
U :
Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
Gallen dan Leitenmaier (
1987 ) mengungkapkan akronim yaitu GATHER :
G – Greet, memberikan
salam, memperkenalkan diri dan membuka komunikasi.
A – Ask atau Assess,
menanyakna keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan atau
keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T – Tell, beritahu bahwa
persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari
hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H – Help, bantu pasien
untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu harus diselesaikan.
E – Explain, Jelaskan
bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan
mungkin bisa segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan
hasil seperti yang diharapkan.
R – Refer atau Return
visit, Rujuk atau fasilitas ini tidak dapat memberkan pelayanan yang sesuai
atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
5. Faktor
pelaksanaan konseling
a.
Faktor
utama
1)
Menyampaikan
informasi yang jelas, tepat dan benar. Ada hal yang harus diperhatikan dalam
membekali pengetahuan tentang kontrasepsi :
a)
Singkat,
penting dan mudah diingat.
b)
Terorganisasi
sesuai kategori.
c)
Yang
pertama adalah yang utama.
d)
Sederhana,
agar mudah dipahami.
e)
Pengulangan,
ulangi hal yang penting poada akhir ucapan.
f)
Spesifik, agar klien merasa jelas.
2)
Menunjukkan
bahwa bidan memberikan perhatian dan respect.
b.
Faktor
penunjang
1)
Ruang
konseling, memberikan rasa aman dan nyaman.
2)
Alat
komunikasi, informasi, dan edukasi( KIE) shinnga klien mendapat gambaran yang
lebih jelas.
3)
Suasana
konseling.
4)
Hubungan
rapport adalah konselor dan klien tercipta hubungan yang dilandasi saling
percaya.
5)
Sikap
konselor.
6)
Penampilan
konselor, mampu menempatkan dan menampilkan diri sesuai dengan keadaan yang
dihadapi.
6. Pelaksanaan
komunikasi
a.
Komunikasi
berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara
mengatasinya.
b.
Cara
kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya.
C. Komunikasi
Pada Ibu Hamil
1. Perubahan
fisiologis
Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan
sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal, hal ini
menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, ibu tidak nafsu makan,
peningkatan suhu tubuh, dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran
uterus, sehingga tadinya langsing menjadi menjadi tidak langsing dan gerakan
lambat.
2. Perubahan
psikologis
Menimbulkan arti emosional pada setiap
wanita yang biasanya disertai perubahan-perubahan kejiwaan. Antara lain
peristiwa ngidam dibareng emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu
jadi peka, mudah tersinggung, tetapi dapat juga dijumpai ibu bangga dengan
kehamilannya dan bergarian menyambut kehadiran bayinya, bila merupakan
peristiwa pertama. Ada juga rasa cemas, apa bayinya cacat, apa melahirkan
dengan lancar.
3. Hal
- hal yang dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu, yaitu :
a.
Ibu
hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak,
kelainan-kelainan kulit.
b.
Anak
yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut
anaknya cacat, kehamilan diluar nikah.
c.
Persalinan
lalu tidak menyenangkan, perdarahan, anak lahir abnormal, anak meninggal.
d.
Masalah
hubungan seksual.
e.
Masalah
sosial ekonomi.
f.
Terlalu
mengharap jenis kelamin tertentu.
g.
Umur
ibu resiko tinggi.
h.
Ibu
menderita penyakit tertentu.
i.
Tidak
dapat dukungan suami atau keluarga yang lain.
j.
Kepercayaan-kepercayaan
yang telah diakuinya.
4. Pelaksanaan
komunikasi
a.
Bidan
senantiasa berhubungan dengan BUMIL diharapkan mampu melalui tindakan
pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan berbagai
metode maupun bentuk hubungan, mengdakan komunikasi terapeutik.
b.
Komunikasi
terapeutik diharapkan dapat meredam pemunculan faktor psikososial yang
berdampak negatif terhadap kehamilan.
c.
Bidan
diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan
perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya
sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
5. Prinsip komunikasi pada ibu hamil
a. Pesan yang disampaikan sesuai dengan
kondisi ibu hamil.
b. Informasi yang diberikan menyangkut
tentang kehamilan dan persiapan melahirkan.
c. Menciptakan kenyamanan dan keakraban
saat menyampaikan pesan.
d. Tidak membuat penerima stres dengan
info yang disampaikan.
D. Komunikasi
Pada Ibu Bersalin
1. Perubahan fisiologis
a. Semakin tua kehamilan ibu semakin
merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makin besar, pergerakan ibu semakin tidak
bebas, ibu tidak nyaman. Kadang-kadang terjadi gangguan kencing dan kaki
bengkak.
b. Otot-otot panggul dan jalan lahir
mekar.
c. Kontraksi uterus dipengaruhi
syaraf-syaraf simpati, parasimpati, syaraf lokal otot uterus.
2. Perubahan psikologis
a. Minggu-minggu terakhir dipengaruhi
perasaan atau emosi dan ketegangan.
b. Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat
lahir lancar.
c. Ibu bahagia menyongsong kelahiran
bayinya.
d. Ibu takut darah, nyeri, takut mati.
e. Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan
ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek kehamilan.
3. Langkah – langkah dalam konseling kebidanan
a. Menjalin hubungan yang mengenakan
dengan klien. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan ferbal
yang positif.
b. Kehadiran, merupakan bentuk tindakan
aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan atau kebingungan,
memberikan perhatian total kepada klien.
c. Mendengarkan dan memperhatikan keluhan
klien.
d. Sentuhan dalam pendampingan klien yang
bersalin, akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi. Misalnya,
ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada
daerah pinggang klien sehingga klien merasakan nyaman.
e. Memberikan informasi tentang kemajuan
persalinan, untuk memberikan rasa percara diri pada klien.
f. Memandu persalinan, misalnya, bidan
menganjurkan kepada klien untuk menerang pada saat his berlangsung.
g. Mengadakan kontak fisik dengan klien,
misalnya, mengelap keringat, mengipasi, memeluk klien, dan menggosok punggung
klien.
h. Memberikan pujian kepada klien atas
usaha yang telah dilakukannya, misalanya, bidan mengatakan, “Bagus ibu, pintar
sekali menerannya.”
i. Memberikan ucapan selamat kepada klien
atas kelahiran putranya dan mengatakan ikut berbahagia.
4. Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu bersalin
a. Komunikasi pada ibu bersalin
difokuskan pada tekhnik-tekhnik bersalin seperti tekhnik mengejang atau
mengatur pernafasan.
b. Pemberi pesan harus sabar dalam
memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang sedang bersalin
merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa
mempraktikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
E. Komunikasi
Pada Ibu Nifas
1. Perubahan fisiologis
a. Terjadi proses infolusio (pengerutan
uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram).
b. Keluar lochea yaitu cairan yang keluar
melalui vagina.
c. Perut ibu kelihatan besar.
d. Proses laktasi.
e. Masih mengalami kelelahan dan rasa
nyeri setelah bersalin.
2. Perubahan psikologis.
a.
Ibu
merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan,
penderitaan dengan tenaganya sendiri.
b.
Ibu
bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tahu jenis
kelamin, bentuk bayinya.
Disamping itu muncul gejala-gejala
psikis disebabkan :
1)
Ibu
mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin, misal
karena anak hasil hubungan luar nikah.
2)
Jenis
kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta
anaknya.
3)
Ibu-ibu
yang telah cerai, kelahiran anak merupakan pristiwa tidak menyenangkan.
3. Pelaksanaan
komunikasi secara terapeutik
a.
Bidan
harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih
seperti semula.
b.
Orientasi
pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan
psikis ibu nifas.
4. Prinsip
komunikasi pada ibu nifas
a.
Komunikasi
difokuskan pada permasalahan kasus masa nifas seperti cara menjaga kebersihan,
perawatan bayi dan juga kesehatan ibu dan anak serta pemulihan organ-organ
reproduksi.
b.
Disesuaikan
dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu tindakan
khususnya dana.
c.
Dalam
menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
d.
Jika
pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar maka pemberi pesan
harus memberikan contoh melalui alat media atau mempraktekan langsung pada ibu.
F. KOMUNIKASI
PADA IBU MENOPAUSE
1. Perubahan
fisiologis
Kadang
– kadang muncul gangguan – gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon
estrogen dan progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa
panas di wajah (hot flash), jantung berdebar – debar, dan sakit saat
berhubungan seks ( dispareuni ).
2. Perubahan
psikologis.
Ibu
merasa cemas, takut akan masalah – masalah atau keluhan – keluhan yang terjadi.
3. Pelaksanaan
komunikasi :
a.
Menjelaskan
bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b.
Deteksi
dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia
subur maupun klimakterium.
c.
Memberikan
informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d.
Membantu
klien dalam mengambil keputusan.
e.
Komunikasi
pada menopause harus memperhatikan sifat – sifat dari menopause itu sendiri
agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik.
f.
Karena
fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan
alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan.
4. Komunikasi
bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya :
a.
Pendekatan
biologis : menitikberatkan pada perubahan – perubahan biologis yang terjadi
pada menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat
multipel dan kelainan fungsional pada menopuse.
b.
Pendekatan
psikologis : menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan funsi – fungsi
kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal.
c.
Pendekatan
sosial budaya : menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi
menopause.
5. Prinsip
komunikasi pada menopause
a.
Fungsi
kognitif
1)
Kemampuan
belajar ( learning ).
2)
Kemampuan
pemahaman ( comprehension ).
3)
Kinerja
( performance ).
4)
Pemecahan
masalah ( problem solving ).
5)
Daya
ingat ( memory ).
6)
Motivasi.
7)
Pengambilan
keputusan.
8)
Kebijaksanaan.
b.
Fungsi
afektif
Adalah fenomena kejiwaan yang dihayati
secara subjektif sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan.
1) Jika petugas menjumpai lansia dengan
emosi yang labil atau menurun fungsi mental lainnya, maka perlu diwaspadai
kemungkinan adanya masalah mental emosional atau hal – hal yang patologis.
2) Jika petugas mendapatkan lansia yang
sangat tua disertai penurunan fungsi mental yang drastis, maka perlu dilakukan
upaya – upaya terapi dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi lansia tersebut.
c.
Fungsi
konatif ( psikomotor )
Adalah fungsi psikis yang melaksanakan
tindakan dari apa yang telah diolah melalui proses berpikir dan perasaan
ataupun kombinasinya. Dalam pelayanan terhadap lansia perlu diperhatikan hal
berikut :
1)
Kegiatan
yang sifatnya kegiata kognitif sebaiknya tetap diadakan sepanjang yang
bersangkutan ( lansia ) masih bersedia.
2)
Untuk
membantu daya ingat para lansia, sebaiknya ditempat – tempat yang strategis
dalam pelayanan ditulis hari, tanggal dan sebagainya dengan huruf ukuran besar
dan jelas.
3)
Di
tempat – tempat tertentu misalnya ruang
tamu, kamar mandi, ruang makan, lemari pakaian, dan sebagainya diberi tulisan
atau tanda khusus yang mudah dikenali oleh para lansia.
4)
Bentuk
tempat tidur, kursi, jendela dan sebagainya yang seringkali mereka gunakan atau
lewati atau pegang seyogyang dibuat sederhana, kuat, dan mudah dipergunakan,
untuk menambah rasa aman mereka dan memperkecil bahaya.
5)
Bentuk
kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan mereka misalnya bak tidak
terlalu dalam dan tidak menggunakan tangga.
6)
Pengaturan
tempat duduk waktu makan, istirahat bersama sebaiknya mempermudah mereka untuk
melakukan interaksi sosial.
7)
Biasakan
mereka untuk memiliki kebiasaan yang positif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada beberapa macam klien
dalam asuhan kebidanan`diantaranya remaja, klien KB, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, dan ibu menopause. Bidan dituntut untuk mengetahui komunikasi dan
penanganan apa yang diberikan sesuai fase dan kondisi klien, karena klien pada
masing – masing fase memiliki kebutuhan dan cara pikir yang berbeda. Hal itu
diperlukan agar bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang tepat
sesuai kebutuhannya masing – masing.
DAFTAR PUSTAKA
Tyastuti,
Siti. Dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling
Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya ( halaman 76 – 101 )
Wulandari,
Diah. 2009. Komunikasi dan Konseling
Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika ( halaman 84 – 105 )