Tuesday, June 11, 2013

Contoh makalah tentang Macam Macam Klien Makul Etika Kebidanan

Diposkan oleh Unknown di 6/11/2013 12:57:00 AM



MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN


MAKALAH
Diajukan sebagai syarat untuk tugas semester 2
Tahun akademik 2012/2013
Mata kuliah Komunikasi Kebidanan
Dosen pengampu : Bu Ema Wahyu Ningrum, S.ST
oleh :
1.     CACHAYA MUSTIKA NINGRUM (NIM 121540122640019)
2.     ERIVA RAHMAWANTI (NIM 121540122850040)
3.     HANA YULIANA SAIDAH (NIM 121540123010056)
4.     RINI ANITA (NIM 121540123540109)
5.     SHALY SAVIRA (NIM 121540123660121)
6.     YOHAMA IKA (NIM 121540124000155)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2013
  


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas semester 2 yang berjudul “ MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN”. Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal, mempelajari, dan memahami materi sesuai judul makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Bu Ema Wahyu Ningrum, S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kebidanan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini dapat lebih baik.







                                                                                          Purwokerto, Maret 2013

                                                                                                                               
                                                                                                                          Penulis


DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.      Latar Belakang............................................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.      Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II ISI.............................................................................................................................. 2
A.     Komunikasi Pada Remaja.............................................................................................. 2
B.     Komunikasi Pada Klien KB............................................................................................. 3
C.     Komunikasi Pada Ibu Hamil............................................................................................ 5
D.     Komunikasi Pada Ibu Bersalin........................................................................................ 6
E.     Komunikasi Pada Ibu Nifas............................................................................................. 8
F.     Komunikasi Pada Ibu Menopause.................................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 12
Keimpulan........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat yang dalam kehidupan sehari – hari tidak lepas dari kegiatan interaksi, membangun relasi, dan transaksi sosial dengan orang lain. Manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi  dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, komunikasi massa.
Oleh karena itu, komunikasi sangat diperlukan dalam asuhan kebidanan guna memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu.  Sehingga dapat menimbulkan interaksi antarpribadi yaitu antara bidan dengan klien juga keluarga klien untuk penyampaian informasi yang diperlukan dengan jelas. Dan pada akhirnya, kegiatan komunikasi selalu mendasari suatu kegiatan termasuk pelayanan kebidanan. Selain dengan komunikasi, bidan dituntut untuk mengetahui pengaruh berbagai fase kehidupan ini pada cara seseorang memandang masalah dan kesulitannya. Sehingga bidan harus memahami macam – macam klien dalam asuhannya.

B.    Rumusan Masalah
1.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada remaja ?
2.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada klien KB ?
3.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu hamil ?
4.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu bersalin ?
5.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu nifas ?
6.   Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu menopause ?

C.   Tujuan
1.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada remaja.
2.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada klien KB.
3.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu hamil.
4.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu bersalin.
5.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu nifas.
6.   Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu menopause.


BAB II
ISI

MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

A.    Komunikasi Pada Remaja
1.    Kondisi psikologis
Remaja merupakan masa mencari jati diri dan pengakuan sehingga keadaannya masih labil. Pada fase ini remaja bereksperimen untuk mencoba – coba hal baru termasuk mengambil resiko.

2.    Masalah yang perlu diperhatikan pada komunikasi terapeutik :
a.    Perubahan fisik atau biologis sesuai usia.
b.    Perubahan emosi dan perilaku remaja.
c.    Kehamilan pada remaja.
d.    Penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya, misalnya narkotika.
e.    Kenakalan remaja.
f.     Hambatan dalam belajar.

3.    Komunikasi dengan remaja perlu memperhatikan :
a.    Kenyamanan remja dalam menerima informasi.
b.    Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c.    Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan.
d.    Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e.    Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
f.     Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan.
g.    Menjalin keakraban dengan remaja.

4.    Bidan sebagai konselor  juga melaksanakan konseling pada orang tua remaja yang bermasalah, dengan tujuan :
a.    Mencegah upaya abortus provokatus.
b.    Mendorong ibu ( remaja hamil ) untuk mencari pelayanan kesehatan.
c.    Mempersiapkan kelahiran bayi secara normal.
d.    Mempersiapkan ibu dan keluarga agar menerima kelahiran bayi.
e.    Pada orang tua remaja, mendorong untuk diremikannya pernikahan putra-putrinya.


B.    Komunikasi Pada Klien KB
1.    Perubahan fisiologis
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti pusing, BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak atau tidak teratur atau tidak menstruasi, keputihan, libido menurun.

2.      Perubahan psikologis
Ibu merasa cemas takut akan masalah-masalah atau keluhan-keluhan yang terjadi ibu takut terjadi kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.

3.      Hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan konseling KB yang baik terutama bagi calon klien KB baru
a.       Perlakuan yang baik.
b.      Interaksi antara petugas dan klien.
c.       Memberikan informasi yang baik terhadap klien.
d.      Hindari pemberian informasi yang berlebihan.
e.       Tersedianya metode yang diinginkan klien.
f.       Membantu klien untuk mengerti dan mengingat.

4.      Langkah – langkah konseling KB (SATU TUJU)
SA  :  Berikan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T     :  Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
U    :  Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU :  BanTUlah klien menentukan pilihannya.
J     :  Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
U     :  Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.

Gallen dan Leitenmaier ( 1987 ) mengungkapkan akronim yaitu GATHER :
G – Greet, memberikan salam, memperkenalkan diri dan membuka komunikasi.
A – Ask atau Assess, menanyakna keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan atau keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T – Tell, beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H – Help, bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu harus diselesaikan.
E – Explain, Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin bisa segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan.
R – Refer atau Return visit, Rujuk atau fasilitas ini tidak dapat memberkan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
5.      Faktor pelaksanaan konseling
a.   Faktor utama
1)      Menyampaikan informasi yang jelas, tepat dan benar. Ada hal yang harus diperhatikan dalam membekali pengetahuan tentang kontrasepsi :
a)      Singkat, penting dan mudah diingat.
b)      Terorganisasi sesuai kategori.
c)      Yang pertama adalah yang utama.
d)      Sederhana, agar mudah dipahami.
e)      Pengulangan, ulangi hal yang penting poada akhir ucapan.
f)       Spesifik,  agar klien merasa jelas.
2)      Menunjukkan bahwa bidan memberikan perhatian dan respect.
b.   Faktor penunjang
1)         Ruang konseling, memberikan rasa aman dan nyaman.
2)         Alat komunikasi, informasi, dan edukasi( KIE) shinnga klien mendapat gambaran yang lebih jelas.
3)         Suasana konseling.
4)         Hubungan rapport adalah konselor dan klien tercipta hubungan yang dilandasi saling percaya.
5)         Sikap konselor.
6)         Penampilan konselor, mampu menempatkan dan menampilkan diri sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

6.      Pelaksanaan komunikasi
a.       Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasinya.
b.      Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya.

C.   Komunikasi Pada Ibu Hamil
1.    Perubahan fisiologis
Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal, hal ini menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, ibu tidak nafsu makan, peningkatan suhu tubuh, dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran uterus, sehingga tadinya langsing menjadi menjadi tidak langsing dan gerakan lambat.

2.    Perubahan psikologis
Menimbulkan arti emosional pada setiap wanita yang biasanya disertai perubahan-perubahan kejiwaan. Antara lain peristiwa ngidam dibareng emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu jadi peka, mudah tersinggung, tetapi dapat juga dijumpai ibu bangga dengan kehamilannya dan bergarian menyambut kehadiran bayinya, bila merupakan peristiwa pertama. Ada juga rasa cemas, apa bayinya cacat, apa melahirkan dengan lancar.

3.    Hal - hal yang dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu, yaitu :
a.    Ibu hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak, kelainan-kelainan kulit.
b.    Anak yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut anaknya cacat, kehamilan diluar nikah.
c.    Persalinan lalu tidak menyenangkan, perdarahan, anak lahir abnormal, anak meninggal.
d.    Masalah hubungan seksual.
e.    Masalah sosial ekonomi.
f.     Terlalu mengharap jenis kelamin tertentu.
g.    Umur ibu resiko tinggi.
h.    Ibu menderita penyakit tertentu.
i.      Tidak dapat dukungan suami atau keluarga yang lain.
j.      Kepercayaan-kepercayaan yang telah diakuinya.

4.    Pelaksanaan komunikasi
a.    Bidan senantiasa berhubungan dengan BUMIL diharapkan mampu melalui tindakan pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan berbagai metode maupun bentuk hubungan, mengdakan komunikasi terapeutik.
b.    Komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam pemunculan faktor psikososial yang berdampak negatif terhadap kehamilan.
c.    Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.

5.   Prinsip komunikasi pada ibu hamil
a.    Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil.
b.    Informasi yang diberikan menyangkut tentang kehamilan dan persiapan melahirkan.
c.    Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan.
d.    Tidak membuat penerima stres dengan info yang disampaikan.

D.   Komunikasi Pada Ibu Bersalin
1.  Perubahan fisiologis
a.      Semakin tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang-kadang terjadi gangguan kencing dan kaki bengkak.
b.      Otot-otot panggul dan jalan lahir mekar.
c.      Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf-syaraf simpati, parasimpati, syaraf lokal otot uterus.

2.  Perubahan psikologis
a.      Minggu-minggu terakhir dipengaruhi perasaan atau emosi dan ketegangan.
b.      Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir lancar.
c.      Ibu bahagia menyongsong kelahiran bayinya.
d.      Ibu takut darah, nyeri, takut mati.
e.      Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek kehamilan.

3.  Langkah – langkah dalam konseling kebidanan
a.      Menjalin hubungan yang mengenakan dengan klien. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan ferbal yang positif.
b.      Kehadiran, merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan atau kebingungan, memberikan perhatian total kepada klien.
c.      Mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
d.      Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin, akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi. Misalnya, ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah pinggang klien sehingga klien merasakan nyaman.
e.      Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan, untuk memberikan rasa percara diri pada klien.
f.       Memandu persalinan, misalnya, bidan menganjurkan kepada klien untuk menerang pada saat his berlangsung.
g.      Mengadakan kontak fisik dengan klien, misalnya, mengelap keringat, mengipasi, memeluk klien, dan menggosok punggung klien.
h.     Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya, misalanya, bidan mengatakan, “Bagus ibu, pintar sekali menerannya.”
i.       Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran putranya dan mengatakan ikut berbahagia.

4.  Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu bersalin
a.      Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada tekhnik-tekhnik bersalin seperti tekhnik mengejang atau mengatur pernafasan.
b.      Pemberi pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa mempraktikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
E.    Komunikasi Pada Ibu Nifas
1.    Perubahan fisiologis
a.    Terjadi proses infolusio (pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram).
b.    Keluar lochea yaitu cairan yang keluar melalui vagina.
c.    Perut ibu kelihatan besar.
d.    Proses laktasi.
e.    Masih mengalami kelelahan dan rasa nyeri setelah bersalin.

2.    Perubahan psikologis.
a.         Ibu merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan, penderitaan dengan tenaganya sendiri.
b.         Ibu bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tahu jenis kelamin, bentuk bayinya.
Disamping itu muncul gejala-gejala psikis disebabkan :
1)        Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin, misal karena anak hasil hubungan luar nikah.
2)        Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta anaknya.
3)        Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan pristiwa tidak menyenangkan.

3.    Pelaksanaan komunikasi secara terapeutik
a.         Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih seperti semula.
b.         Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas.

4.    Prinsip komunikasi pada ibu nifas
a.      Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasus masa nifas seperti cara menjaga kebersihan, perawatan bayi dan juga kesehatan ibu dan anak serta pemulihan organ-organ reproduksi.
b.      Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu tindakan khususnya dana.
c.      Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
d.      Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempraktekan langsung pada ibu.

F. KOMUNIKASI PADA IBU MENOPAUSE
1.    Perubahan fisiologis
Kadang – kadang muncul gangguan – gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon estrogen dan progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot flash), jantung berdebar – debar, dan sakit saat berhubungan seks ( dispareuni ).

2.    Perubahan psikologis.
Ibu merasa cemas, takut akan masalah – masalah atau keluhan – keluhan yang terjadi.

3.    Pelaksanaan komunikasi :
a.         Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b.         Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium.
c.         Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d.         Membantu klien dalam mengambil keputusan.
e.         Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat – sifat dari menopause itu sendiri agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik.
f.          Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan.

4.    Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya :
a.         Pendekatan biologis : menitikberatkan pada perubahan – perubahan biologis yang terjadi pada menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat multipel dan kelainan fungsional pada menopuse.
b.         Pendekatan psikologis : menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan funsi – fungsi kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal.
c.         Pendekatan sosial budaya : menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi menopause.

5.    Prinsip komunikasi pada menopause
a.    Fungsi kognitif
1)    Kemampuan belajar ( learning ).
2)    Kemampuan pemahaman ( comprehension ).
3)    Kinerja ( performance ).
4)    Pemecahan masalah ( problem solving ).
5)    Daya ingat ( memory ).
6)    Motivasi.
7)    Pengambilan keputusan.
8)    Kebijaksanaan.
b.    Fungsi afektif
Adalah fenomena kejiwaan yang dihayati secara subjektif sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan.
1)  Jika petugas menjumpai lansia dengan emosi yang labil atau menurun fungsi mental lainnya, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya masalah mental emosional atau hal – hal yang patologis.
2)  Jika petugas mendapatkan lansia yang sangat tua disertai penurunan fungsi mental yang drastis, maka perlu dilakukan upaya – upaya terapi dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi lansia tersebut.
c.    Fungsi konatif ( psikomotor )
Adalah fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari apa yang telah diolah melalui proses berpikir dan perasaan ataupun kombinasinya. Dalam pelayanan terhadap lansia perlu diperhatikan hal berikut :
1)   Kegiatan yang sifatnya kegiata kognitif sebaiknya tetap diadakan sepanjang yang bersangkutan ( lansia ) masih bersedia.
2)   Untuk membantu daya ingat para lansia, sebaiknya ditempat – tempat yang strategis dalam pelayanan ditulis hari, tanggal dan sebagainya dengan huruf ukuran besar dan jelas.
3)   Di tempat – tempat tertentu  misalnya ruang tamu, kamar mandi, ruang makan, lemari pakaian, dan sebagainya diberi tulisan atau tanda khusus yang mudah dikenali oleh para lansia.
4)   Bentuk tempat tidur, kursi, jendela dan sebagainya yang seringkali mereka gunakan atau lewati atau pegang seyogyang dibuat sederhana, kuat, dan mudah dipergunakan, untuk menambah rasa aman mereka dan memperkecil bahaya.
5)   Bentuk kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan mereka misalnya bak tidak terlalu dalam dan tidak menggunakan tangga.
6)   Pengaturan tempat duduk waktu makan, istirahat bersama sebaiknya mempermudah mereka untuk melakukan interaksi sosial.
7)   Biasakan mereka untuk memiliki kebiasaan yang positif.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ada beberapa macam klien dalam asuhan kebidanan`diantaranya remaja, klien KB, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menopause. Bidan dituntut untuk mengetahui komunikasi dan penanganan apa yang diberikan sesuai fase dan kondisi klien, karena klien pada masing – masing fase memiliki kebutuhan dan cara pikir yang berbeda. Hal itu diperlukan agar bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang tepat sesuai kebutuhannya masing – masing.












DAFTAR PUSTAKA

Tyastuti, Siti. Dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya ( halaman 76 – 101 )
Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika ( halaman 84 – 105 )


0 komentar:

 

eriva vha Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review